LANGIT-LANGIT ANGKASA



Memandang angkasa menatap mega-mega
yang menyerupakan dirinya
seperti yang kau-aku rasa
ada kuda sembrani ada raden gatotkaca
ada yessy yang kusimpan di dada

memandang langit-langit rumah
menatap pyan kepang putih ramah
hujan melukis tiris dan lumut pun ikut
yang menyerupakan dirinya
seperti yang kau-aku rasa
ada jaka tarub dan bidadarinya
ada jaka tingkir dan putri kedatonnya
ada dada yenny yang terbuka

(setelah kurebut tetek-bengek atribut)

yang kupandang lubang di angkasa
kian ancam penghuni dunia
yang kutatapi hujan asam di mega-mega
kian cekam hati manusia

(plafon rumah
kini berornamen entah
apa dari mana
serupa seragam segala
jangan tanya mana senyumnya)

1996

Dari antologi puisi “Menoreh 3” 1996