Debam-dentam sepatu pengawas
membahana
datang pergi aku tak peduli
soal-soal yang kupelototi berdebar
menanti
jawabnya memberontak lalu lari
kukejar lagi berkelit ke kiri
kutubruk lagi
duh, aku tersungkur di bumiku
sendiri
debam-dentam sepatu pengawas
gempakan dada
tapi mestikah kuacuhkan?
ah, sayang dia mencibirku keji
yang kupelototi tanpa gentar
menanti
yang kujarah memberontak lalu lari
kuburu menghambur kabur
kutubruk lagi
duh, aku terkapar di bumiku
sendiri
bedebah! hebat juga dia!
dari kiri depan lelaki berpe-es-ha
kaok-kaok, “waktu tinggal lima
detik!
tak dilarang memekik panik!”
jongkok dia menghitung dengan
jemari
dan aku belum mampu bangkit
berdiri
sampai lembar jawaban ujianku
diserobot sengit
koyak-moyak nilai-nilaiku tumpah
terserak
tapi tunggu! aku pasti datang
padamu
indonesiaku
1994
Dari antologi puisi
“Syair-Syair 15” 1994