SUATU HARI DI RUMAH BERSALIN

Lelaki itu meluncur masuk ke halaman rumah bersalin yang berkerikil dengan sepeda bobroknya. Napasnya masih ngos-ngosan akibat tenaga pas-pasan yang baru saja diempos. Keringat berlelehan di sekujur tubuh melekatkan baju dekil pada punggungnya yang  melengkung.
Tak ada seorang pun mendengar suara hiruk yang ditimbulkan oleh kendornya hampir semua mur-baut yang merangkai kendaraannya. Setelah dengan sewenang-wenang melemparkan pit rongsoknya, lelaki itu berdiri menghadap dinding rumah bersalin. Kemudian ia celingukan gundah. Kesendirian itu membuatnya gelisah. Matanya yang nyalang dan tegang mencari-cari pintu masuk. Sialnya semuanya rapat terkunci. Ia tersuruk-suruk mencari pintu atau apa saja yang sekiranya bisa memberi jalan untuk menerobos ke dalam.